Dia bukan ustaz, hanya seorang mantan santri yang sekarang menjadi guru di SMA swasta Jakarta. Namanya Alexander Khadafi Rayen, seorang pria yang sudah terbiasa menghadapi tantangan hidup sejak dalam kandungan. Dari ibu yang ingin menggugurkannya hingga maut yang selalu mengintai ayahnya. Namun, di balik ketegarannya, Khadafi menyimpan cinta yang tulus untuk satu wanita: Xaula Robiatul Adawiyah.

Xaula, gadis pemberontak dengan segudang masalah dan kesedihan, selalu menutupi kelemahannya dengan sikap keras. Hanya beberapa orang yang mampu memahami hatinya yang rapuh. Pertemuan tak terduga dengan adik Khadafi menjadi awal dari kisah mereka. Ketika Xaula terlambat masuk kelas, Khadafi tidak memberinya hukuman, melainkan lamaran di depan semua murid. Meski selalu ditolak, Khadafi tak pernah menyerah. Namun, takdir berkata lain. Pertempuran antara geng XARTA dan anak buah Seno membuat Xaula menerima lamaran Khadafi. Keduanya bertunangan, tapi kebahagiaan mereka terancam oleh masa lalu yang kembali menghantui. Ancaman misterius memaksa Xaula mengorbankan cintanya.

“Ro—bia, dia siapa?” tanya Khadafi dengan suara parau.

“Maaf, gue gak bisa nikah sama lo. Dia sudah kembali.”

Kehidupan Xaula hancur karena ulah ibunya, yang mengatur segalanya sejak ia berusia 15 tahun. Pada akhirnya Xaula menikah dengan Adit, pilihan ibunya dan pergi meninggalkan Khadafi.